Souvenirs de Neuf-Neuf (1999-2021) #2 Prolog

kawalogy Uncategorized

16 Kisah Mahasiswa Prancis Unpad’99

“Punten Keh … !”. “Punten Tang …! Saya mau lewat” terdengar suara lirih tapi terkesan ditegar-tegarin intonasinya.

“Tunduk Kamuuu … !! Tunduk Kamuuu … !!!” tiba-tiba dibalas dengan suara yang menyambar-nyambar bagai petir.

Lebay.

Memang.

Ada apa sih ini. Aku bertanya dalam hati. Mataku tertutup kain. Gelap sekali.

Suasana saat itu memang terasa mencekam. Kami sedang berada di ladang pembantaian alias OSPEK Fakultas (ospek lapangan : camping) di Kiara Payung, Jatinangor. Haha. Jambore Sastra nama acaranya, disingkat JamSas. 

Yang diospek ada 9 jurusan. Sastra Prancis, Inggris, Jerman, Arab, Sunda, Rusia, Indonesia, Sejarah, dan Jepang.

Belakangan aku baru tau apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata maksudnya adalah

“Punten Teh … Punteng Kang”.


(Panggilan kakak perempuan : Teteh dan kakak laki-laki : Akang, dalam bahasa Sunda).

Rupanya banyak Mahasiswa baru berasal dari daerah luar Jawa Barat.  Mereka belum mengerti Bahasa Sunda.

Jadilah aku tertawa ngakak setelahnya.

Hehhh .. Joshua ..!! kamu so’ seksi yaa .. so’ cantik kamu .. !!

Siapa yaa yang dimaksud ..?

Heehh .. kamuuu .. jawab …!!

Aku gelagapan. Ko’ Joshua sihhh …??

Oohh  baru nyadar .. itu nama bagus aku.

Kakak senior membacanya di papan nama yang aku buat dan dikalungkan di leher. Di sana tertera nama, nomor pokok mahasiswa, nama bagus dan foto.

Joshua adalah penyanyi cilik terkenal di jamannya dengan lagu diobok-obok.

Kenapa aku dikasih nama bagus itu yah …??

Oohh mungkin karena waktu itu aku rambutnya army look plus wet look cepak abis. Jadi dianggap mirip joshua.

Foto yang aku tempel adalah foto yang dianggap ‘anonoh’ oleh senior karena bentuk baju yg aku pakai seperti ‘u can see ‘gitu.

“Ga pantesss … !! nama joshua .. foto kaya gini .. !!” kata mereka sinis sambil mencampakan kembali papan nama aku yang terbuat dari karton dilapisi plastik mika itu.

Bukan aku aja sih yang punya nama bagus. Semua teman seangkatan di sastra prancis punya nama bagus, seperti : gogon, trio kwek-kwek, thomas jorghi, beti, pegi melati sukma, tina toon, rosalinda, parto, dll.

Itu untuk kepentingan talent show. Di mana nanti ketika api unggun dimulai, kami duduk berkeliling dan ketika nama kami dipanggil, kami harus memperagakan nama bagus itu semirip mungkin seperti tokoh aslinya.

Dan bisa ditebak kan …?

Itu adalah ajang saling menertawakan, baik diri sendiri maupun orang lain. Terlepas penampilan kami bagus atau tidak.

Jalan bebek, push up (untuk cowo), skot jam (untuk cewe), merangkak di tanah/lumpur, masuk air/sungai, bahkan sepertinya ada yang kena tampar juga (aku ga tau persis alasannya apa) adalah bentuk orientasi mahasiswa baru yang dianggap normal dan biasa aja  di jamannya.

Seorang teman dari sastra jerman komentar : “Din, kenapa pake jaket dan sepatu yang bagus sih ke sini .. sayang jadi kotor tuh.  Dan jadi mencolok juga kan”

Yaa meneketehe atuh ya bakal akan ‘disiksa’. Lagian aku pikir kalo kemping cocoknya pake sepatu olah raga dan jaket kan takut dingin. Berhubung kita di SMA selalu pake baju seragam, jadi baju dan sepatu bebas kita jadi keliatan lebih kinclong, karena jarang dipake. Padahal mah biasa aja sih.

Iya diplonco istilahnya.

Kalau sekarang ini termasuk pembullyan ga sih hahahaha aku ga tau istilah yang tepat sekarang.

Dan apakah pengenalan kampus seperti ini masih eksis di era sekarang ini.

Ingat … !! peristiwa ini terjadi 22 tahun yang lalu yaaa ..

Ini adalah momen di mana kami mengawali status sebagai mahasiswa di kampus Sastra Unpad.

Ini juga baru permulaan saja. Belum masuk ke ospek jurusan prancis/masa bimbingan 1,2,3,4 dan belum memulai sesi perkuliahan bertemu dosen-dosen prancis yang rata-rata terkenal  killer (salim mesdames hehe).

Itu cerita lain lagi dan masih panjang perjalanan kami sebagai mahasiswa di Sastra Prancis Unpad.

Selamat membaca … !!

 

Jas Almamater Unpad dan Buku Panduan Mahasiswa Baru

Hymne Unpad

Bandung, 30 September 2021

Dinna Andianny